Oleh Dwi Cahyono
Jika perdabakan diibaratkan sebagai “rumah”, yakni “rumah peradaban masa lampau”, citra tersebut tidak hanya tampak pada tampilan luar (eksteior)-nya, Nunun juga terkandung di dalam (interior)-nya. Terkait itu, bagaimana kita bisa melihat kandungan citra peradaban yang di dalamnya? Panil relief yang dipahatkan di dinding serta pagar langkan yang berjumlah ribuan (total ada 2.672 panil, yang tampak terlihat langsung 1.460 panil dan 1.212 panil yang terbalut ring stone di dinding panil I) itu dapat dijadikan “cendela pelongok” untuk bisa mencermati citra peradaban yang digambarkan oleh candi Borobudur.
Bayangkan, ada ribuan panil relief. Jika pada satu panil bisa ditimbai puluhan informasi budaya, maka ada puluhan ribu informasi budaya/peradaban masa lalu, yang tak sedikit diantaranya yang mentradisi hingga kini. Ribuan panil relief candi dengan kompleksitas (1) informasi kultura, (2) informasi kemasyara- katan (sosio), dan (3) informasi ekologikal (eko) seolah merupakan suatu “ensiklopedia eko-sosio-kultura. Daripadanya dapat ditimbai beragam informasi mengenai multi aspek kehi- dupan masa lampau. Terkait dengan informasi budaya — lebih khusus lagi budaya adiluhung (peradaban) — yang terkandung di dalam panil- panil relief itu, lewat “cendela” panil rrluef itu kita bisa melongok untuk memperoleh gambar- an mengenai ubsur-unsur budaya/peradaban Mesa lalu. Salah satu unsurnya adalah keseni- an masa lalu, dan salah satu jenis kesenian itu ada seni musik. Pada sejumlah panil relief di Borobudur, kita memperoleh gambaran tentang ragam jenis dan ragam bentuk waditra (music instrument), pemain dan pemirsa serta pende- ngatnya, tempat beserta suasana penyajiannya, maupun konteks fungsi darinya. Citra musika yang terkandung pada panil-panil reluefvdi Candi Borobudur bukan citra musika Jawa Tengah pada abad IX Masehi. Lebih dari itu adalah citra musika Jawa pada zamannya. Mengingat bahwa waditra yang ditampilkan itu memperlihatkan sejumlah persamaan dengan waditra dari etnik-etnik yang berada di penjuru wilayah Nusantara, maka citra musikanya ada- lah pula citra musika Nusantara lama maupun kesinambungan tradisinya. Begitu pula, menilik adanya banyak persamaan dengan waditra di India Raya (Asia Selatan) dan persamaannya dengan waditra di Asia Tenggara (Indo China, Thailand, Semenanjung), bahkan dengan wadi- tra di China (Asia Timur), maka citra musika yang terkandung adalah “citra musika regional Asia” dalam konstelasi musika dunia di masa laku. Borobudur dengan demikian merupakan “pusat informasi musika dunia”. Untuk lebih jelasnya tentang “bagaimana citra peradaban Jawa (lebih luas lagi Nusantara)” dan kejelasan mengebai “citra musika dunia” pada panil-pamil relief Borobudur saksikanlah vt kejelas- a ntentang “Borobudur, ikut sertalah “webibar” dalam payung gawai budaya “Sound of Borobudur” tanggal 7-9 April 2021. Semoga memberi kefaedahan. Nuwun Sangkaling, 5 April 2021Griyajar CITRALEKHA
23Dwi Cahyono, Ratna Arya dan 21 lainnya4 Komentar3 Kali dibagikanSukaKomentariBagikan
4 Responses
Mantabs mas Dwi Cahyono. Terima kasih atas pemberian ilmu pengetahuannya
Mantab mas Dwi Cahyono. Terima kasih
Oke
Oke. Good