Penggagas yang merintis kelahiran Sound of Borobudur, serta menampilkannya bersama Dewa Budjana dkk. candi Borobudur tahun 2016 (Borobudur Cultural Feast ). Penyanyi yang digelari “living legend” ini adalah seniman lintas matra, dikenal sebagai musisi, komposer, instruktur vokal, produser musik, penari, pelukis, penulis dan pemain theater. Selain jalur pop dan jazz, ia juga aktif mengembangkan musik etnik dan membawanya ke seluruh dunia bersama Krakatau Etno dan Kua Etnika, serta banyak melakukan kegiatan untuk penguatan budaya Nusantara bersama Jaringan Kampung Nusantara (Japung Nusantara).
Pencapaian di tingkat nasional dan internasional, seperti “Grand Prix Winner” di Golden Stag Singing Contest di Brasov, Rumania (1992), AMI Award sebagai “Jazz Vokal Terbaik 2017” dan “Album Jazz Terbaik 2017” bersama Krakatau, “Pencipta Lagu Anak Terbaik” (2004), “The 50 Greatest Indonesian Singer” (Rolling Stone Mag – 2010), “Winner” Asia Pasific Broadcasting Union Contest (Bangkok-2000), Indonesia’s Legendary Musician and Singer (Hard Rock FM – 1997), BASF Award untuk “Best Selling Album” (1987 dan 1990), dll.
Penampilan internasionalnya di Romania, Bulgaria, Hungaria, Slovakia, Belanda, Serbia, Checz, Perancis, Jerman, Austria, Rusia, India, Jepang, China, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Thailand, Australia, Amerika Serikat, Venezuela,dll.
Kolaborasi dengan musisi internasional seperti Michael Paulo, Dave Koz, Jeff Lorber, Kazumi Watanabe, Allan Rich, NHK Orchestra , Asia Fantasy Orhestra (worldwide member), dll. Kolaborasi dgn musisi Indonesia Utha Likumahuwa, Yopie Latul, dan bersama grup Krakatau, 7 Bintang, Rumpies (bersama Vina Panduwinata, Atiek CB, Malyda), dll.
Seniman yang dijuluki “miss Pitch Control” ini multi talenta. Dalam Seni Rupa, lukisan cat minyaknya dipamerkan duet bersama Nasirun di Yogya Galeri (Maret 2018), dan bersama perupa dari Jepang Kazunobu Yanagi, Yasu Suzuka, Hiromi Minako (Aug. 2018) di Bali. Sebagai Penulis, buku yang diterbitkan, Percakapan Sunyi (duet Sony Farid Maulana – 2020), Karmapala (2006), Cinta Setahun Penuh (2006), Abhaya Giri Keraton Ratu Boko (2010), Dunia Padmini (2010) Dalam Seni Drama, Monolog “Srintil – Tembang Duka Seorang Ronggeng” (Salihara, 2019) dan “Ali Topan The Musical” (TIM, 2011).
Insinyur Teknik Industri Lulusan ITB ini, dalam karirnya telah bekerja sama dengan banyak nama terkenal, seperti Titiek Puspa, Bimbo, Ebiet G. Ade, Rafika Duri, Broery Pesolima, Trie Utami, Ermi Kulit, Andrea Miranda dll. Lahir di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1960. Pendiri PCMS (Purwa Caraka Music Studio), sekolah musik paling sukses dengan hampir 100 cabang di seluruh Indonesia, adalah juga seorang komposer, juri, aranger, penata musik / ilustrator musik untuk film layar lebar, telecinema dan sinetron, serta Conductor paduan suara dan orchestra (Purwa Caraka Orchestra dan Gita Bahana Nusantara). Pengalaman pentas Internasionalnya, antara lain di Perancis, Jerman, Filipina, Malaysia, Thailand dll.
Karya musiknya terdapat pada sekitar 60 sinetron, 8 film layar lebar, 30 jingle. Menjadi Music Director untuk beberapa orchestra kelas dunia (NHK Jepang, Phillipina, Malaysia, Thailand dan Budapest Scoring Orchestra). Meraih beberapa penghargaan sebagai Penata Musik Terbaik di ajang AMI Award, HDX Award dan 2 kali meraih Piala Vidia.
Bukti dedikasinya dalam dunia pendidikan musik, pada tahun 2010, ia membawa Penyanyi Anak-Anak PCMS ke ajang GEF di San Remo, Italy. Tahun 2014 ia memberangkatkan PCMS Children and Youth Choir ke Asia Cantate Children Choir di Singapore. Pada bulan Juni 2017, membawa PCMS Children Choir ke pertunjukkan premier komposisi baru Alberto Grau La Avispa Brava di Carnegie Hall New York City, Amerika Serikat. Dan tahun 2019, Purwa Caraka & Indonesian Ethnic Ensemble mewakili Indonesia di ajang Musik Messe Frankfurt, Jerman.
Gitaris grup band GIGI ini dijuluki sebagai “Dewa Dawai Indonesia”. Ia telah merilis 11 album solo, berkolaborasi dengan musisi papan atas dunia seperti Peter Erskine, Vinne Colaiuta, Antonio Sanchez, Jack Dejohnette, Gary Husband, Chad Wackerman, Marco Minnemann, Dave Carpenter, Reggie Hamilton, Ben Williams, Tony Levin, Jimmy Jhonson, Mohini Dey, Jimmy Haslip, Larry Golding, Jordan Rudess, Bob Mintzer, Tim Garland, Janis Siegel, Joe Locke, Howard Levy, Mike Landau, Guthrie Govan, Mike Stern, John Frusciante.
Pada tahun 2015, Dewa Budjana mewujudkan mimpinya tampil bersama gitaris dunia idolanya Jhon McLaughlin di Bali dalam konser Duaji & Guruji. Tahun 2016, dengan menggandeng label Favored Nations milik Steve Vai, ia meluncurkan album “Zentuary”. Tahun 2018, ia merilis album berjudul “Mahandini“ berkolaborasi dengan musisi ternama dunia Jordan Rudess (keyboardis Dream Theater), Marco Minnemann (drums), Mohini Dey (bass, konokol), Mike Stern (gitar), Jhon Frusciante (vokal).
Ia juga berkolaborasi dengan musisi Indonesia seperti Tohpati dan Balawan (Trisum), Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan (Java Jazz) dan Soimah Pancawati (Mahandini). Selaras dengan filosofi hidupnya “harmoni dalam keberagaman”, Dewa Budjana juga berkolaborasi untuk membuat album religius lintas agama, seperti beberapa album Ramadhan bersama grup GIGI, dua album solo Christmas, satu album Duo Buddha dan tiga album Hindu bersama Nyanyian Darma.
Copyright © 2021 Sound of Borobudur Movement | Hak Cipta Di Lindung Undang-undang